jump to navigation

Soft Rice : Beginning of Tests 7 Maret 2010

Posted by thl4all in Artikel THL TBPP.
add a comment
The CRRI obtained Aghonibora from the Titabar Regional Research Station in Assam and experiments at the institute in Orissa began in 2008. The results were encouraging. Aghonibora, had an extremely low amylose (a starch that gives rice its hardness) content. That makes the grains so very soft and gives it the amazing quality of being ready-to-eat simply after soaking in water for 45 minutes at room temperature. When the water is lukewarm it takes 15 minutes. Adhya said that normal rice has 20 to 25 per cent amylose while that in soft rice is 4.5 per cent. Experiments in Cuttack showed that Aghonibora is also a variety that does not crave for extra expenditure or special treatment. It takes about 145 days to mature whereas normal rice varieties make their farmers wait three to six months. Aghonibora yields 4.5 tonnes per hectare (ha), much higher than the average 2.2 tonnes per ha for the country and 1.7 tonnes per ha for Orissa. (lebih…)

Soft Rice From India 6 Maret 2010

Posted by thl4all in Artikel THL TBPP.
add a comment
soaked in water, the parboiled rice grains expanded, softened and were ready to eat, surprisingly. Sharma had heard about rice that can be eaten without cooking but for the first time he saw it happen in front of his eyes.
There is not much that differentiates an Aghonibora soft rice grain from other rice varieties that grow in India. With a similar grain length and breadth of 5.85 and 2.12 mm, the plant grows 90 cm tall. The parboiled Aghonibora rice grains are yellowish in colour, too. Each grain is 7.65 per cent protein-rich, just like other rice varieties. But the similarity ends here. It makes for a dish of rice that need not be cooked.
Srigopal Sharma, chief scientist at the Central Rice Research Institute (crri) in Cuttack, makes a living by peering at the rice specimens lying in his office which also serves as his laboratory.
Some days he takes a walk in the sprawling rice fields of the experimental plots in the institute. These days he spends his entire time working with Aghonibora, the variety named after aghoni— the months of November, December when it is harvested .
Aghonibora has been grown in Assam for quite some time. During a trip to Arunachal Pradesh in 2007, Sharma made a stopover in a village in the Shonitpur district of Assam. Aghonibora is used as a breakfast cereal there. In fact, a farmer offered him some but its quality was not so good. However, seeing that it did not require any cooking got Sharma thinking about its prospects in Orissa.
“We decided to test the feasibility of growing rice in the hot and humid climate of Orissa, “ said CRRI’s director T K Adhya. The temperature during the grain filling period varies between 16 and 18°C in Assam whereas in Orissa it is between 25 to 28°C. The humidity in Orissa is high—around 70 to 75 per cent. So the real challenge was to see whether it could be grown in these conditions.

KTNA Kirim Surat Ke Presiden Untuk Status Penyuluh Kontrak 23 Februari 2010

Posted by thl4all in Artikel THL TBPP, FK THL NASIONAL.
add a comment

Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Ir. Winarno Tohir mengungkapkan sebagai bentuk dukungan KTNA terhadap THL-TBPP, KTNA akan membuat surat yang akan menyuarakan pemikiran THL-TBPP kepada Presiden. “Kita menyuarakan aspirasi petani THL-TBPP ini agar didengar oleh pihak legislatif dan eksekutif ”, tutur Winarno.
Sedangkan para Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) menginginkan kepastian status kerja setelah masa kontrak kerja mereka habis.
Hal tersebut disampaikan oleh Dedy Alfian, Ketua Forum Komunikasi Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (FK THL-TBPP) Nasional, saat ditemui di acara dialog antara KTNA dengan THL-TBPP di aula Yampi, Jakarta. “Kami mengharapkan adanya solusi dari pemerintah agar keberadaan dan status THL-TBPP ini dapat diberlangsungkan secara berkelanjutan dan definitif”, ujar Dedy.
Selain itu para THL-TBPP juga mengharapkan agar pemerintah lebih serius membahas kepastian status THL-TBPP ini dengan memberikan perlakuan khusus terhadap permasalahan THL-TBPP ini.
(Source: sinartani.com)

Taman Organik dan Kios Organik Mandiri 1 Februari 2010

Posted by thl4all in Artikel THL TBPP, Budidaya Organik.
add a comment

THL TBPP, BISA!! Sebuah ide kreatif dan bermanfaat tercurah dari kawan-kawan THL TBPP kabupaten Tulungagung dalam Taman Organik dan Kios Organik Mandiri. Pendirian Taman Organik bersama dengan pembukaan KIOS ORGANIK MANDIRI bertujuan antara lain: 

  • Memperkenalkan Taman Organik sebagai lahan percontohan pertanian ramah lingkungan kepada masyarakat Tulungagung pada khususnya dan praktisi pertanian pada umumnya. 
  • Memperkenalkan Kios Organik ”MANDIRI”sebagai tempat pemasaran produk-produk organik kepada masyarakat Tulungagung pada umumnya dan produsen serta konsumen produk organik khususnya. 
  • Wahana transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian organik. Wahana karya wisata dan rekreasi/outbond pertanian organik bagi anak usia sekolah maupun masyarakat umum yang ingin menambah pengetahuan tentang pertanian organik.  
Hal lain adalah kita ingin mewujudkan Program Go Organik 2010 yang dicanangkan oleh Departemen Pertanian RI. Kenyataan  di lapang menunjukkan bahwa pertanian non organik/konvensional pada prakteknya berlebih didalam menggunakan pestisida dan pupuk kimia yang pada akhirnya meninggalkan residu kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Akibat lain adalah degradasi lahan/penurunan kualitas lahan yang semakin hari semakin mengkuatirkan.  
Yang sangat membanggakan bagi THL TBPP adalah 
  1) Taman Organik dan Kios Organik Mandiri bisa terwujud atas swadaya murni dari Forum Komunikasi Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (FK- TBPP) Kabupaten Tulungagung, yang beranggotakan 100 personel. Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (TBPP) direkrut oleh Departemen Pertanian dan diperbantukan di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia sejak tahun 2007. Hasil dan efek positif dari rekruitmen ini adalah berhasilnya swasembada beras yang sempat terhenti sejak tahun 1984. Hal lain adalah sebagian besar TBPP di seluruh wilayah Indonesia di dalam melakukan pendampingan dan penyuluhan bagi rumah tangga petani mampu memunculkan ide – ide kreatif. Untuk FK – TBPP kabupaten Tulungagung salah satu ide kreatif yang digagas adalah berdirinya Taman Organik dan Kios Organik Mandiri yang beralamat di Jalan Srabah 01/05 Desa Karanganom, Kec. Kauman, Kabupaten Tulungagung. Ide ini digagas sebagai upaya serius membantu petani di kabupaten Tulungagung di dalam memulai kegiatan pertanian organik di tahun 2010 dengan menyelaraskan program Departemen Pertanian  ”GO ORGANIK 2010”
2)      Lahan yang dikelola oleh Taman Organik seluas 11 hektar yang terdiri dari :
          7 hektar tanaman padi
          3 hektar untuk tanaman sayur
          1 hektar untuk kolam ikan
Lahan ini digunakan sebagai lahan percontohan dengan dilengkapi fasilitas Saung/Gazebo untuk pertemuan, Rumah Kompos untuk kegiatan produksi pupuk organik dan area Taman Sayur yang ditata apik.  
Sebagai tahap awal varietas padi yang di budidayakan adalah Ciherang, mengingat varietas ini mudah di dalam perawatan, tidak rentan terhadap hama dan penyakit
Tanaman sayur yang dibudidayakan terdiri dari sayur dataran rendah, seperti kacang panjang, lombok,tomat,bayam, sawi dan sayuran dataran tinggi seperti bawang prei, brokoli, selada dan lain-lain.
Untuk kolam ikan masih difokuskan pada budi daya ikan gurami  dan lele untuk kebutuhan konsumsi.
3)      Berkaitan dengan perawatan kita melibatkan petani sebagai mitra kita. Lahan yang kita kelola dari awal menggunakan sistem kemitraan dan model pendampingan lapang oleh seluruh personel TBPP Tulungagung.  Berkaitan dengan pemupukan, Taman Organik kita lengkapi dengan rumah kompas. Rumah kompas inilah yang mensupply kebutuhan pupuk organik di lahan petani mitra.
Sebagai kegiatan panen perdana cukup menampakkan hasil yang memuaskan, produktivitas padi mencapai 8 ton/hektar. Walaupun pada dasarnya kegiatan pertanian organik pada awalnya memang belum dapat memaksimalkan produktivitas, walaupun pada akhirnya dalam jangka panjang produktivitas panen akan meningkat dan kualitas lahan menjadi baik.   
4)      Tanggapan warga sekitar (Ds. Karanganom, Kec. Kauman) sangat mendukung. Bahkan dari hamparan persawahan yang luas totalnya mencapai 20 hektar di sekitar Taman Organik, ingin bergabung dalam kemitraan.
Mengingat sumber daya modal yang terbatas kita belum bisa memenuhi keinginan warga tani tersebut, kedepan kita berharap dapat mengelola total hamparan di sekitar area Taman Organik dengan kecukupan sumber daya yang kita persiapkan.
5)      Sambutan dari pejabat terkait adalah harapan supaya manajemen Taman Organik dengan Kios Organik Mandiri dapat mengembangkan kegiatannya secara lebih luas di wilayah Tulungagung. Kepala Dinas Pertanian menyatakan siap meng-alokasikan bantuan berupa sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pertanian organik, berupa mesin pengolah pupuk organik. Ketua DPRD Kabupaten Tulungagung, melalui komisi yang membidangi siap menganggarkan alokasi dana APBD untuk kegiatan pertanian organik.
6)      Penghargaan kepada Bupati Tulungagung berkaitan dengan Ketahanan Pangan dan Peng-anekaragaman Pangan, yang diberikan oleh Presiden RI bulan Desember tahun lalu.
Penghargaan tersebut tidak lepas dari partisipasi kelompok tani dan aparat pertanian, termasuk Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian. Bahkan teman-teman di TBPP ikut serta di dalam penataan kegiatan di bidang Ketahan Pangan, seperti menyiapkan dan menata Gerai Ketahanan Pangan dan mendokumentasi atau menginventarisir kegiatan-kegiatan yang menunjang ketahanan pangan dan peng-aneka ragaman pangan.
7)      Kita berharap Taman Organik dan Kios Organik Mandiri kedepannya dapat menjadi Pusat Pelatihan Pertanian Organik, yang membantu dan mendampingi petani dalam kegiatan pertanian organik secara gratis serta wahana pelatihan  pemuda untuk lebih mencintai dunia pertanian dengan berbagai jenis usahanya

Sehubungan dengan Kios Organik Mandiri supaya dapat menjadi terminal produk pertanian organik yang menampung dan memasarkan hasil panen petani organik dan menjadi sarana  pembelajaran petani terhadap  manajemen agrobisnis. (Timour/Ket. FK Tulungagung)

"KITA" DAN KEKUATANNYA 6 Januari 2010

Posted by thl4all in Artikel THL TBPP.
add a comment
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2001) yang menyatakan bahwa “kita” dipergunakan untuk menyatakan bahwa pembicara mengajak lawan bicaranya secara bersama-sama, yang diistilahkan sebagai personal pertamajamak. Lebih lanjut diuraikan bahwa “kita” adalah kata sifat yang berarti mementingkan kebersamaan dalam menanggung suka-duka ( saling membantu, saling menolong, sepenanggungan, senasib dsb). Dalam obrolan sehari-hari kata “kita” tak jarang mengalami kekeliruan dalam penggunaannya; misalnya keliru dengan kata “kami”.
Berdasarkan pengamatan empiris dan dalam prakteknya kekuatan kebersamaan atau “kita” khususnya dalam pelaksanaan tugas-tugas kedinasan sehari-hari, terletak pada beberapa hal sebagai berikut :
1. Memperkuat komitmen
Mengapa begitu ? Pada dasarnya setiap orang mempunyai komitmen terhadap sesuatu yang dihadapinya; begitu ia yakin dan merasakan sebagai bagian dari sesuatu (karya atau sesuatu yang akan dikerjakan bersama) maka ia merasa lebih mantap dan mengikuti ajakan komunikator untuk berbuat sesuatu.
2. Meningkatkan rasa percaya diri
Komunikan akan meningkat rasa percaya dirinya karena ia merasa diakui kemampuannya (pengetahuan, keterampilan, sikap) dan ia merupakan bagian dari kegiatan yang akan dikerjakannya itu.
3. Memberikan penghargaan
Komunikan merasa dihargai sehingga dengan senang hati akan berbuat sesuatu secara sungguh-sungguh dan maksimal, sebagaimana yang disampaikan oleh komunikator.
4. Menumbuhkan rasa tanggung jawab
Komunikan memiliki rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan pesan/ajakan atau tugas yang disampaikan oleh komunikator.
5. Menumbuhkan rasa memiliki
Rasa memiliki akan tumbuh pada komunikan, terhadap karya bersama yang telah dihasilkan karena ia /mereka mereasa diakui sebagai bagian dari keberhasilan karya tersebut. Komunikan akan turut menjaga dan menjamin kegberhasilannya.
6. Meningkatkan partisipasi
Hal ini dikarenakan komunikan merasakan kegunaan dirinya dan merasakan adanya manfaat dari keberadaannya. Selain daripada itu komunikan juga merasa diakui dan diperlukan. Dengan begitu ia akan turut serta secara lebih aktif lagi.
7. Meningkatkan “feed back”
Dengan adanya masukkan pemikiran dari komunikan maka alternative pemecahan permasalahan akan bertambah sehingga memudahkan dalam memilih solusi dan mengambil tindakan yang lebih tepat
8. Meningkatkan ketelitian
Dengan keikutsertaan komunikan dalam melaksanakan ajakan/tugas komunikator, tingkat ketelitian akan meningkat, mengingat komunikan juga memiliki berbagai pengalaman. Dengan begitu maka akan timbul pengayaan terhadap apa yang sudah disampaikan komunikator, baik itu berupa rencana atau ajakan; dan hal demikian itu mengartikan bahwa kualitas pekerjaan dimungkinkan meningkat sebagai akibat dari pengamatan yang meningkat.
9. Meminimalisasi sifat negatif
Peluang munculnya sifat-sifat jelek dari komunikan dapat dikatakan tidak ada akibat tidak munculnya prasangka dari kedua belah pihak
10. Meningkatkan peran jender
Semua yang terlibat, baik laki-laki maupun perempuan akan memaksimalkan pemberdayaan kegunaan fungsi SDM
11. Menghemat waktu
Hal ini terjadi karena pekerjaan dilakukan secara bersama sampai tuntas. Pekerjaan lebih cepat selesai, dan tugas/pekerjaan berikutnya dapat segera dilaksanakan sehingga target cepat terpenuhi bahkan merangsang untuk menyelesaikan/mencari/menciptakan pekerjaan lainnya.
12. Lebih bersifat ekonomis
“Kita” akan berperan maksimal dalam memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada (sumber daya manusia, waktu, keahlian, ketelitian dsb).
13. Menjamin tingkat keberlanjutan (sustainability)
Kelangsungan hidup organisasi meningkat sejalan dengan tingkat kepuasan baik yang dirasakan oleh komunikator maupun, secara fisik dan emosional.
Demikian beberapa kekuatan dan nilai philosophis dari penerapan roh “kita” dalam kehidupan sehari-hari khususnya di dalam keorganisasian. Tetapi meski begitu tentu ada persyaratan spesifik yang harus dipenihi agar kekuatan “kita” dapat dikeluarkan dan dimanfaatkan serta menjadi kenyataan dalam penyelesaian pelaksanaan tugas sehari-hari.

Selamat Tahun Baru 2010, Gapai Mimpi Kita! 1 Januari 2010

Posted by thl4all in Artikel THL TBPP.
add a comment
Selamat tahun baru 2010 bagi kawan-kawan semua, semoga ditahun ini mimpi-mimpi kita akan segera terwujud. Sesuai Pengumuman dari blog thl-tbpp.blogspot mengenai Kalender THL TBPP 2010, Bagi kawan-kawan yang sudah mengirimkan ide kreatifnya Kalender THL TBPP 2010 dalam format PDF dan MS. EXCEL sudah kami kirimkan ke e-mail Anda.

Bagi kawan-kawan yang tidak sempat mengirimkan ide kreatifnya dan bagi yang berminat dengan kalender THL TBPP, dapat mendownloadnya DISINI

Teh Alami dari Kaki Gunung Slamet 25 Desember 2009

Posted by thl4all in Artikel THL TBPP.
add a comment
Secangkir teh di pagi hari mungkin menjadi kebiasaan kita sebelum berangkat ketemu dengan para petani. Umumnya teh yang kita minum baik itu dalam bentuk teh celup atau teh tubruk hasil produksi pabrik teh yang ada. Dengan rasa umum kebanyak teh dipasar.
Belum lama ini ketika saya berkunjung seorang sahabat di daerah kaki gunung Slamet, Baturaden-Banyumas. Saya berkesempatan menikmati aroma dan rasa yang unik berbeda dari aroma dan rasa teh pada umumnya. Campuran dari sepet dan sedikit aroma seperti kopi tercampur di teh ini menghasilkan rasa nikmat yang menyegarkan otak kita. Rasa ingin tahu saya pun muncul, menurut kawan saya ini Teh tersebut biasa dinamakan dengan nama “Teh Jawa”.
Teh Jawa, teh tradisional dengan full penangannya secara manual tanpa sedikitpun bantuan alat mesin pabrik umumnya pabrik teh. Jika pada pabrik-pabrik teh, setiap daun teh yang dipanen dari kebun akan melewati Proses Pelayuan, Proses Pendinginan dan Proses Penggulungan daun (untuk Teh Hijau), Proses pengeringan dan sortasi. Pada “teh Jawa” ini, petani umumnya memetik daun teh dari kebun teh mereka sendiri kemudian melalui proses pelayuan setelah itu langsung di “Sangan”(sangrai-red). Setelah dingin langsung di pasarkan di pasar-pasar tradisional tanpa kemasan khusus, Jika musim kemarau per kilogramnya bisa mencapai Rp. 20.000,- namun jika musim hujan seperti saat ini harganya dibawah Rp 20.000,-
Sebuah khasanah kuliner Asli Indonesia dengan nilai-nilai tradisional yang masih tinggi, Jika kita kelola dengan baik tentunya akan lestari dan menambah nilai tambah bagi peningkatan kesejahteraan para petani. (admin/ryu87)

Kalender THL TBPP 2010 18 Desember 2009

Posted by thl4all in Artikel THL TBPP.
add a comment
Menyambut tahun baru 2010, blog thl-tbpp.blogspot.com akan membagi Kalender 2010 bagi kawan-kawan semua. Syaratnya mudah, kawan-kawan cukup menuliskan ide-ide kreatif bagaimana memaksimalkan masa jeda kontrak bagi THL TBPP untuk kegiatan yang produktif.
Ide-ide kreatif kawan-kawan dapat dikirimkan melalui email ke: admin.thl4all@gmail.com dengan Subject/ Judul E-mail: “Kalender THL TBPP” ditunggu sampai  31 Desember 2009. Setiap email yang masuk akan mendapatkan Kalender 2010 Gratis dari kami.

Trust, Important Factor in Leading 30 November 2009

Posted by thl4all in Artikel THL TBPP, Inspirasi.
add a comment
The first thing to do to be elected is how to have goals and objectives that we offer can be accepted by the people in the organization. This acceptance will be easy to obtain if they trust us. So the trust factor becomes a very critical factor.
In exercising its function as an agricultural extension agent (PPL), tips on what to do to succeed in such a work plan, introduced by the authorities farmer groups; provide motivation, such as giving praise when successful and encouraging if still not successful. Other tips, that is for members who can not verbally express the problem is done by writing each problem and do practice or work directly with communities as a form of responsibility in performing their tasks.
Other tips, freedom responsible for the opinions expressed. Create an environment where people feel safe to express his opinion, the cons though. And this is not limited to words. Prove the behavior that we are giving rewards to those who do not agree and on those who innovate. All of these affect the emergence of an atmosphere of mutual trust. Trust arises not because of tips and specific techniques, but emerged from a deeper base, namely the leader’s personal character.
There are four elements in the personal character that will engender trust from others. First, competence. Subordinates must have confidence that the leadership has the ability to perform duties and responsibilities. Second, the integrity of leaders. The only word to deed is the main criterion. Third, in any condition to take sides on the leader who led them. Subordinates must be to feel that the leader will provide support and advocacy for them. Fourth, regardless of the lives of people who work. Empathize with them. Give a big concern over the implications of our actions and decisions of their lives.
Being a leader is not easy. However, everyone basically has the capacity to lead. Whatever his leadership experience is a good start. The process of becoming a leader is not really different from the process of becoming a whole person.

THE IMPORTANCE OF COMMUNICATION WITH EMPLOYEES 26 November 2009

Posted by thl4all in Artikel THL TBPP, Inspirasi.
add a comment
To facilitate the operations of an organization, communication with employees is very important. Here are 6 (six) of alternative approaches:
1. Orientation of human values.
Managers must be more responsive to human values. Communication must answer the needs of employees. The workers wanted to understand what was happening around them. Also want to be respected as individuals, and want to have a sense of purpose, understanding the future of their own work and overall future of the organization.
2. Planning.
Like other corporate functions, communication with employees should be planned. Communication must work for 365 days to achieve continuity and credibility. Do not let the employees feel that their leaders tried to connect only if they feel that the employee misunderstood
their position, or if they want to “sell” their ideas.
3. Effective complaints procedure.
Problems that office should be discussed with the employee according to the procedure. Comments about the employee should be obtained from the first hand.
4. Active listener.
Although the complex organizational structure, managers should not forget the people. Must develop the skills of “active listener”.
5. Management involvement.
Managers should be enough to consider the direction, quality and content of all communications with employees. Employee involvement has always been key to the success of communication programs, and communication with employees is as important as any other communication made.